"Dispereert niet, onziet uw vijanden niet, want God is met ons"

- Jan Pieterszoon Coen (1587 - 1629)

Kamis, 21 Januari 2016

Lukisan Istana Bogor (Sebelum dan Setelah Gempa Bumi 10 Oktober 1834)

Bagian belakang Istana Bogor dilihat dari kejauhan, 14 Juni 2015 (Koleksi Foto Pribadi)



Pada tanggal 10 Oktober 1834, gempa bumi mengguncang wilayah Bogor, yang dahulu masih bernama Buitenzorg. Gempa bumi yang diakibatkan oleh erupsi vulkanik Gunung Salak ini menimbulkan berbagai kerusakan. Akibat dari gempa tersebut, salah satu kerusakan yang ditanggung oleh pemerintah Hindia Belanda adalah kerusakan pada Istana Bogor yang berada di area 's Lands Plantentuin te Buitenzorg (kini Kebun Raya Bogor).

Seorang pelukis bernama Willem Troost kemudian mengabadikan lukisan Istana Bogor dalam dua keadaan yang berbeda. Kedua lukisan itu menggambarkan keadaan Istana Bogor sebelum dan sesudah terjadi gempa.

Senin, 18 Januari 2016

Gedung Sabau, Rumah Departement van Ooorlog Hindia Belanda di Bandung

Gedung Sabau di tahun 1920 ketika dijadikan "rumah" bagi Departement van Oorlog

Gedung Sabau di masa kini. Menjadi "rumah" Detasemen Markas Kodam III/Siliwangi



Masyarakat kota Bandung dan para wisatawan yang berkunjung ke sana tentu tahu tentang gedung yang satu ini. Masih mempertahankan gaya bangunan zaman kolonial Belanda, gedung ini menjadi salah satu aset sejarah di Indonesia yang masih difungsikan. Gedung ini boleh dikatakan sebagai gedung "Pentagon" milik Hindia Belanda. Dahulu Bandung di masa Hindia Belanda adalah "rumah" terakhir bagi pemerintahan sipil dan kegiatan militer sebelum wilayah kepulauan Nusantara diduduki oleh Jepang. 

Belajar dari pengalaman ketika Inggris menduduki Batavia pada tahun 1811, di mana semua pusat pemerintahan dan kegiatan militer dipusatkan di sana, pemerintah Hindia Belanda akhirnya memindahkan semua yang berhubungan dengan pusat dan kegiatan militer ke pedalaman. Kota Bandung pun dipilih sebagi tempat yang tepat. Ketika itu, Bandung dipandang sebagai tempat yang aman dan strategis.

Selasa, 12 Januari 2016

Politieke Inlichtingen Dienst

Sekolah pendidikan anggota Politieke Inlichtingen Dienst di Sukabumi, 1927



Politieke Inlichtingen Dienst (Dinas Intelijen Politik, beberapa sumber menyebutnya Dinas Informasi Politik) atau disingkat dengan istilah PID, adalah lembaga agen keamanan di Hindia Belanda, yang boleh dikatakan sebagai polisi rahasia untuk urusan kegiatan politik di Hindia Belanda. Sebagai polisi rahasia “andalan” pemerintah Hindia Belanda, PID sangat dibutuhkan untuk memata-matai kegiatan dari setiap pergerakan nasional yang ada di Hindia Belanda. Laporan yang diperoleh dari PID akan dijadikan dasar bagi pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan tindakan terhadap setiap pergerakan nasional.

Kemunculan PID diawali dengan gagasan pembentukan Kantoor Inlichtingen pada tahun 1914, yang berada di bawah komando KNIL. Saat itu pemerintah Hindia Belanda membutuhkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai gerak-gerik agen Jepang di Hindia Belanda. Namun, tampaknya kebutuhan akan menghadapi pergerakan-pergerakan nasional yang mulai marak lebih dipentingkan. PID pun dibentuk pada tanggal 6 Mei 1916 sebagai jawaban untuk kebutuhan pemerintah Hindia Belanda.

Senin, 11 Januari 2016

Gerbang Amsterdam (Amsterdamsche Poort)

Gerbang Amsterdam dalam sebuah foto yang dipekirakan diambil di tahun 1870

Sketsa pelaksanaan hukuman gantung di Gerbang Amsterdam karya Johannes Rach. Melukiskan tentang pelaksanaan hukuman gantung di sana. Dari kejauhan tampak bangunan dengan ornamen yang ramai dan jam di puncaknya (sekarang Jl. Tongkol). Di dalam bangunan gerbang terdapat patung Mars dan Minerva. Gerbang Amsterdam diapit oleh bangunan bertingkat empat, yang merupakan barak garnisun penjaga kanal. Prosesi hukuman mati dilakukan di sudut kiri. Di sisi sebelah kanan tampak beberapa tawanan dalam keadaan dirantai diawasi prajurit yang bersiaga. Masyarakat yang hendak menonton berdiri berteduh di bawah payung, sementara pedagang berjualan di bawah pohon (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia)



Gerbang Amsterdam (Amsterdamsche Poort) atau juga disebut Gerbang Penang (Penangpoort), adalah sebuah gerbang tua di Jakarta, yang dibangun pada saat ibu kota Republik Indonesia itu masih bernama Batavia. Dibangun untuk melengkapi Kasteel van Batavia (Kastil Batavia). Kasteel van Batavia sendiri dibangun pada tahun 1619 oleh Jan Pieterszoon Coen, yang kemudian diganti dengan pembangunan kastil yang lebih besar pada tahun 1627. Posisi gerbang ini adalah di bagian selatan dari Kasteel van Batavia. Hingga tahun 1707, Kasteel van Batavia menjadi pusat pemerintahan bisnis, dan lainnya. Karena keadaan yang semakin tidak sehat, pusat pemerintahan pun dipindahkan ke bagian Selatan. Lebih tepatnya, pusat pemerintahannya ada di Stadhuis yang kini dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta.

Gubernur Jenderal Gustaaf Wilem Baron van Imhoff (1743-1750) memerintahkan untuk melakukan renovasi terhadap gerbang ini dengan gaya Rococo. Orang-orang yang memasuki Batavia dari pelabuhan Sunda Kelapa, pada masa itu harus melewati Gerbang Amsterdam dulu. Kasteel van Batavia kemudian dihancurkan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811). Gerbang Amsterdam adalah salah satu bagian dari kastil ini yang selamat. Dalam kurun waktu antara 1830 dan 1840, gerbang ini dipugar. Patung Mars dan Minerva ditambahkan pada kedua sisi gerbang tersebut.

Minggu, 03 Januari 2016

Evakuasi Korban "Norah Moller"








Kapal dagang Norah Moller meninggalkan Singapura pada tanggal 2 Februari 1942, bermaksud untuk berlayar menuju Calcutta, India. Namun, naas bagi kapal dagang tersebut. Keesokan harinya sebuah pesawat pembom Jepang menemukan mereka dan menghajar kapal dagang tersebut hingga terbakar. Selain itu, kedua mesin utamanya juga hancur.

Sebanyak 70 orang penumpang dan awak berhasil menyelamatkan diri dengan perahu kecil, namun 17 orang lainnya tidak terselamatkan. Mereka pun ditemukan oleh HMAS Hobart dan HMAS Tenedos yang sedang melintas. Api yang membakar kapal dagang Norah Moller terus menyala hingga kapal tersebut tenggelam pada tanggal 4 Februari 1942.

Senin, 28 Desember 2015

Pieter Erberveld, Antara Pemberontak dan Korban Konspirasi Politik

Monumen Peringatan Hukuman Terhadap Pieter Erberveld
(Collectie Tropenmuseum, 1932)



Lelaki itu bernama Pieter Erberveld (Pieter Erberfeld/Pieter Elberfeld). Seorang lelaki yang pernah hidup di Batavia ketika VOC masih berkuasa. Namanya memang terkenal hingga masa kini. Namun, terkenalnya orang ini bukan karena berjasa kepada VOC. Pieter Erberveld menjadi terkenal karena tertangkap dan dieksekusi, terkait tuduhan merencanakan makar luar biasa terhadap orang-orang Belanda di Batavia. Bahkan, ratusan tahun setelah kematiannya pun tuduhan itu tetap melekat pada sosoknya.

Pieter Erberveld, adalah seorang lelaki keturunan Jerman yang memiliki kepedulian besar terhadap orang-orang pribumi. Karena itulah ketika VOC menyita lahan dengan alasan tidak memiliki akta tanah yang sah, orang-orang pribumi kompak berdiri dan mendukungnya, meski kemudian penyitaan tetap dilakukan. Karena kepeduliannya itu pula, tercipta sebuah ikatan antara dirinya dengan orang-orang pribumi. Mengenai siapa sebenarnya Pieter Erberveld, ada dua versi yang hampir sama. Ayahnya, Pieter Erberveld Sr. memang berasal dari Jerman, dan berprofesi sebagai pengusaha kulit binatang. Adolf Heuken menyebutkan bahwa ibu Pieter Elberveld adalah orang Siam (Thailand). Seorang sejarawan Betawi, Alwi Shahab menyebutkan bahwa ibu Pieter Elberveld adalah seorang wanita Jawa.

Rabu, 23 Desember 2015

Patung Jan Pieterszoon Coen Dalam Foto



Jan Pieterszoon Coen, meskipun dianggap sebagai orang yang kejam namun di Batavia ia mendapatkan tempat tersendiri. Hal ini terlihat dari keberadaan patung dirinya yang dahulu berada di Waterlooplein, Batavia.

Patung itu sendiri dihancurkan setelah Jepang masuk ke Batavia saat Perang Pasifik terjadi.